Prosesi Tepung Toya Sungai Cimanuk di Festival Tjimanuk 2017
Ritual Tepung Toya merupakan penyatuan/pencampuran air Sungai Cimanuk yang berasal dari Gunung Mandala Giri di Kabupaten Garut (hulu Sungai Cimanuk), lalu air dari Kabupaten Sumedang (tengah Sungai Cimanuk) dan air dari Muara Sungai Cimanuk di Kabupaten Indramayu (hilir Sungai Cimanuk).

Hal ini mengandung filosofi sebagai simbol pengikat tali silahturahmi bagi penduduk yang bermukim dan berkehidupan sepanjang aliran sungai cimanuk.

Momen Ritual Tepung Toya dalam Festival Tjimanoek Tahun 2017 Hari Jadi Kabupaten Indramayu ke-490 diselenggarakan oleh Dewan Kesenian (DKI) Kabupaten Indramayu bersama Sanggar Aksara Jawa Cikedung, Indramayu Historia, Paguyuban Pencak Silat Cangkingan Dermayu, TBM Lentera Hati Karangsong Indramayu, Komunitas Permainan Tradisional Indramayu (KOTI) Laskar Anak Putu Cimanuk (Garut, Sumedang, Indramayu) (05/10/2017)

Prosesi acara dimulai dengan syair Kidung Dermayu yang diiringi alunan Gamelan Renteng Dermayu, kemudian air dari tiga tempat (Hulu, Tengah dan Hilir ) disatukan menjadi satu oleh Bupati Indramayu, sebelum dilarungkan air dibacakan do’a, kemudian air dilarungkan ke Sungai Cimanuk dan mengalir mengikuti arus sungai dan menyatu kembali dengan alam.

Pengertian Ritual Tepung mengacu pada konsepsi leluhur, tepung toya merupakan sebuah Konsepsi filosofi ” Patanjala”.

Patanjala adalah bagaimana cara pengelolaan dan penghargaan terhadap air yang muncul dari sumber mata air mengalir menuju sungai hingga bermuara ke samudra, hal ini berkaitan erat dengan empat inti sumber kehidupan mahluk hidup di bumi yakni api, angin, air dan tanah.

Tepung Toya merupakan simbol spiritual masyarakat akan pertingnya menjaga kerukunan masyarakat, menjaga lingkungan dan alam, serta mungkin dapat menjadi ikon wisata Kabupaten Indramayu yang diadakan setiap agenda Hari Jadi Kabupaten Indramayu. (Tasoeka)